Minggu, 25 Januari 2009

Kaya Anak Kecil?

Hari ini ada suatu peristiwa yg membuka mataku yg mengisyaratkan perilaku kita (orang dewasa) dalam sehari-hari. Pada diri seseorang itu hanya tubuhnya saja yg besar. Tapi hanya tubuhnya saja, sifat dan kelakuannya sama saja seperti anak kecil.

Memang ini adalah pengalaman keduaku untuk tinggal di luar negeri. Di mana saat ini, sydney adalah suatu tempat yg membuatku merasa nyaman karena susunan kehidupannya yg teratur. Seperti halnya lima tahun yg lalu ketika pertama kalinya aku menginjakkan kaki di negeri orang, singapur, di sana juga lebih teratur dari pada di kota sendiri. Menilai dari mana suatu kota tidak teratur atau sangat teratur, sudah tentu tergantung dari warga yg tinggal di kota itu.

Jika semua kenyataan dipaparkan di sini, aku sendiri malu, seolah itu adalah bagian diriku saat aku di kota sendiri. Memang, ada prinsip yg aku akui, yaitu jika kita melihat orang lain melakukan kesalahan dan orang tersebut tidak mendapat teguran (tilang dalam kasus jalan raya) maka orang lain yg melihat itu akan mengikuti kesalahan yg sama. Bisa dibilang, "Dia saja salah tapi dibiarkan, gue juga bisa donk kaya dia?"

Misal, tentang lampu merah. Pernah suatu hari ketika diperempatan lampu merah, lampu merah sedang menyala, kemudian aku berhenti, dan saat itu kondisi sedang sepi. Melihat kondisi yg sepi itu mobil dibelakangku menekan klaksonnya, pertanda dia ingin buru-buru jalan. -Bro, itu lampu masih merah gitu lho-. Akhirnya aku pun ikut jalan (melanggar lampu merah itu. Ya memang tidak ada POLANTAS saat itu.

Begitulah satu contoh gambaran keseharian dari sebuah masyarakat yg hidup disuatu perkotaan. Tercermin dari warganya yg hanya taat pada peraturan jika ada yg lihat. Maka kota itu akan terus seperti itu jika individunya tidak mau sadar sendiri. Apakah harus menunggu dapat teguran? ah tentu tidak, toh sekalipun banyak yg telah di tilang tetap saja motor-motor lewat Bus Way. Tidak hanya motor, mobil yg jelas-jelas lebih memakan Bus Way itu saja dengan santainya menikmati jalur yg bukan jalurnya.

"Taat Kalau Ada Yang Lihat"

Contoh di pagi ini : keponakanku di suruh ibunya untuk sikat gigi, dengan berat hati ia pun menjalankan perintah itu. Tapiiii...., eh ternyata akal bulus nya keluar. Ketika ibunya tidak melihat, si anak itu hanya masuk ke kamar mandi, kemudian tidak lama keluarlah dia (sepertinya tidak sikat gigi, hanya kumur-kumur). Melihat hal itu diriku selaku pamannya menegur si anak ini. Tapi, ia mengelak, dan sepertinya tidak mau jika hal itu aku laporkan ke ibunya. Tapi ya tetap saja ia tidak mau balik ke kamar mandi untuk sikat gigi dengan sempurna.

Kalau perbuatan itu dicerminkan lagi ke tingkah polah orang-orang yg telah berumur, maaf -bukan hanya badannya saja yang gede- tapi sebenarnya umur orang tersebut juga telah jauh beda dibanding anak kecil yg berumur 6 tahun. Tapi sikap, sifat dan keburukan orang-orang itu tidak ada bedanya dengan anak kecil.

Lho apakah dengan mengatakan seperti itu berarti aku mengaku sok bersih? tanpa pernah salah? Tidak. Tapi dengan adanya contoh di pagi ini sebenarnya itu menjadi gambaran bagi diriku sendiri bahwa seperti itulah anak kecil. Dia mau taat jika diperintah, jika diperhatikan oleh orang tuanya. Sekalipun dia salah, dia tetap saja tidak mau memperbaikinya. Dan segala sesuatunya itu harus diperhatikan oleh orang tuanya, dia tidak peduli sekalipun teguran itu dari pamannya. Dia hanya mau patuh pada orang tuanya, jika dan hanya jika orang tuanya melihat.

Maka apakah kita seperti itu? Dalam tindakan kita sehari-hari sebenarnya kita hanya memakai tubuh yg dewasa saja, tapi isi di dalam tubuh itu tidaklah jauh beda dari anak kecil atau malah balita.

Sebenarnya peraturan dinegaraku sendiri telah ada, telah baik, tapi kenapa masih saja orang-orangnya melanggar? Memang, di sini sebenarnya sama saja. Kenapa para pengemudi itu taat lampu merah? karena di tiap Traffic Light ada cameranya bro. Dan jika anda melanggar, tilang itu (mungkin) dalam waktu seminggu akan mampir ke tempat anda. Jika tidak mau membayar denda, maka penjaralah yg bicara. Jika saja hukum di negaraku diterapkan dengan baik, juga aparatnya, maka itu adalah solusi dari kesemerawutan jalan raya di kotaku yg terjadi tiap hari.

Bisa kah kota ku itu teratur? Jangan mau ada yg jawab - mimpi kali yee -
Duh malu tahu, benar-benar malu. Karena aku saja baru sadar ketika merasakan sebuah kehidupan yg teratur. Datang saja tidak boleh telat, telat 15 menit di anggap tidak hadir, dan jika kurang dari 80% akan dilaporkan ke DuBes RI. Berat yah...

Harus bisa, kota ku harus jauh lebih baik, tidak ada polusi lagi, harus lebih teratur. Insya ALLAH. Bisa ngga ya? Insya ALLAH

tapi kalau warganya kaya anak kecil semua gitu, ga jamin deh

Tidak ada komentar: