Kamis, 25 Desember 2008

Bahasa Non Verbal Yang Islami


Tadi pagi ada pembahasan menarik sekali di Tv O channel tentang its not what you say. Itu tentang bahasa verbal yg tidak sesuai dengan kenyataan orang yg mengatakannya. Dengan kata lain kita perlu tahu tentang bahasa non verbal atau bahasa tubuh yg katanya 60 % lebih akurat dalam mengetahui kondisi lawan bicara anda. Untuk menyesuaikan apakah yg dibicarakannya benar seperti aslinya, ataukah ada sesuatu yg disembunyikan, entah itu perasaan tidak enak atau menutupi hal yg sebenarnya tidak bisa dikatakan.

Pembahasan yg sangat menarik itu pada umumnya tentang bagaimana cara memahami bahasa tubuh itu sendiri dan bagaimana untuk mengembangkan keselarasan antara bahasa tubuh dengan bahasa verbal terhadap lawan bicara yg mungkin kadang berbeda karakter. Jadi harus tepat sasaran dan bermanfaat. Sebagai contoh, ketika seseorang itu mempunyai sifat yg sangat sopan sehingga dia sangat segan utk mengatakan keadaan dirinya yg sedang tidak ingin diganggu/ diajak bicara. Maka dia menunjukkan dengan bahasa non verbal yg mungkin mendengarkan musik dengan memakai headset, atau juga dengan menyendiri di sudut tertentu yg seolah bicara *Halooo, jangan ganggu gue dulu ya, gue lagi pengen sendiri*. But, ada teman yg tidak bisa membaca sinyal tersebut or kata temenku sebenarnya orang itu sudah memberi alarm (hm hm hm) tapi alarm itu tidak bisa terbaca oleh beberapa orang. Nah bagaimana cara menyikapi hal itu, salah satunya adalah bisa dengan diungkapkan, dikatakan ke teman itu bahwa dia sedang tidak ingin diganggu alias terus terang sajalah bahwa dia membutuhkan pengertian dari setiap orang di saat itu, bahwa dia sedang ingin sendiri. Mungkin lawan bicara kita di saat itu berkarakter lain ya, dia mungkin tidak peduli atau dia sedang sangat butuh kita untuk mendengarkan dia bicara, ya apa boleh buat. Pada dasarnya konteks yg dibutuhkan saat itu adalah sebuah pengertian di kedua belah pihak.

Cukup sekian deh membahas hal di atas, karena panjang banget kaya satu kurikulum khusus tentang kejiwaan seseorang. Mungkin lebih tepat untuk orang yg mempelajari psikologi. Yah hal semacam itulah, maklum aku sendiri sedang belajar pada seorang tutor...tentang hal itu. Masalahnya pembahasan pagi tadi mentok pada hal yg umum, tidak terbahas tentang mengenal tata cara yg khusus berkaitan dengan kebiasaan pada agama Islam. Ya aku ingin sedikit membahas adat ketimuran. Karena pembawa acara Pagi Jakarta itu mengatakan bahwa dia tidak menyukai ketika berjabat tangan dengan seseorang yg baru dikenal tapi orang itu tidak menyentuh tangan dia. Mungkin gue, aku, and saya ingin menambahkan sedikit tentang bahasa tubuh yg islami agar orang yg masih awam tentang hal itu bisa mengerti bahwa memang seharusnya begini lhooo…yg sesuai dengan keyakinan seorang muslim/ muslimah dalam etika bergaul mereka.

Perihal jabat tangan, bahasa tubuh yg satu ini adalah cerminan awal seseorang menilai lawan bicaranya (itu kata si pembawa acaranya). Kata nara sumber tadi pagi, 3 menit pertama adalah waktu yg cukup untuk mengetahui kondisi asli lawan bicara anda. Tentang jabat tangannnya seorang lelaki muslim dengan muslimah / wanita asing yg bukan mahramnya maka tidak dibolehkan bagi lelaki itu menyentuh tangan wanita tersebut.. Dengan kondisi yg seperti itu bukanlah suatu keadaan yg bisa diartikan bahwa lelaki itu tidak menghormati si wanita yg baru dikenalnya. Dan juga tidak mengurangi sedikit pun rasa sopan lelaki tersebut dalam etika bergaulnya. Karena itulah seharusnya yg dilakukan apabila seorang muslim dan muslimah berkenalan, tanpa jabat tangan. Justru sebaliknya, jika sesama muslim bertemu, maka muslim yg paling utama adalah yg pertama kali memberikan salam dan tangannya untuk di jabat. Dan tidak sedikit yg berpelukan menandakan kerinduan karena lama tidak bertemu atau juga karena ingin menjalankan sunnah agama yg telah ia ketahui. Dengan keadaan tersebut justru lelaki itu menghormati wanita yg akan dikenalnya. Karena lelaki tersebut bermaksud menjaga dari suatu hal yg dilarang dalam keyakinannya. Dan mungkin baru sedikit sekali masyarakat umum khususnya kaum wanita yg memahami hal itu.

Tentang menatap lawan bicara. Mungkin bahasa non verbal yg satu ini sangatlah penting untuk diartikan sebagai rasa hormat bagi orang yg sedang diajak bicara. Untuk menunjukkan bahwa kita menghormati dan menunjukkan antusias kita dalam mendengarkan lawan bicara kita, maka di saat dia berbicara, kita harus menatap matanya dan sebaliknya ketika kita berbicara kita juga harus menatap mata orang itu, setidaknya arah wajah kita menghadap wajah lawan bicara kita saat itu. Namun kondisinya akan berbeda dalam cara bicara seorang muslim terhadap muslimah. Muslim tersebut haruslah menundukkan pandangan, memandang atau menatap lawan bicaranya yg wanita itu sebatas keperluan yg dianggap penting untuk menghormati atau pun mencari informasi yg bermanfaat (seperti pada waktu ingin meminang wanita tersebut maka dibolehkan untuk memperhatikan wanita itu bahkan dari ujung rambut hingga ujung kaki agar memantapkan hati dalam menentukan pilihannya). Namun, di luar dari itu maka lelaki itu harus menundukkan matanya atau melihat ke arah lain. Dan perihal bahasa non verbal yg seperti itu sekali lagi jangan di artikan bahwa ketika tidak menatap lawan bicara yang berlawanan jenis itu dianggap bahasa tubuh yg tidak menghormati lawan bicaranya. Justru hal tersebut juga untuk menjaga keduanya dari sesuatu yg dilarang dalam keyakinan seorang muslim dan muslimah. Maka dari itu mereka harus saling menjaga pandangan mereka.

Mungkin dua hal itu saja yg baru bisa aku tambahkan, semoga saja bisa dipahami oleh semua pihak. Karena ternyata ada beberapa orang yg salah mengartikan bahasa non verbal yg mencirikan orang tersebut menjalani sunnah agamanya. Mungkin ada beberapa hal yg lain lagi yg perlu dibahas tapi tulisan ini dirasa sudah cukup panjang untuk dilanjutkan. Terima kasih.

Tidak ada komentar: